Beritagenz.com – Pada akhir Juni 2025, ketegangan di Timur Tengah meningkat tajam ketika Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Operasi ini, yang dinamai Operation Midnight Hammer, melibatkan jet bomber B‑2, rudal Tomahawk, dan pengeboman bunker‑busting. Simak penjabaran lengkapnya di bawah ini.
Kronologi Serangan
- 21 Juni 2025: Operasi dimulai saat tujuh pesawat B‑2 flick mulai lepas landas dan mengudara selama 18 jam ke wilayah Iran, disertai rempuhan 14 bom bunker-buster GBU‑57 dan lebih dari 24 rudal Tomahawk dari kapal selam AS (news.sky.com).
- Ledakan mengguncang tiga lokasi nuklir utama—Fordow, Natanz, dan Isfahan. AS mengklaim kerusakan “sangat parah” tanpa korban jiwa langsung .
- Gedung Nasional Nuklir Iran mengonfirmasi kerusakan tetapi menegaskan program nuklirnya masih berjalan .
Faktor Penyebab Serangan
- Ancaman Nuklir Iran
Presiden Trump menyatakan Iran “hanya beberapa minggu lagi” dari pembuatan senjata nuklir, meski intel AS belum mendukung klaim itu (theguardian.com). - Dukungan Militer untuk Israel
Aksi AS dipandang sebagai dukungan langsung bagi serangan Israel sebelumnya terhadap Iran, terutama dalam konteks perang Israel–Iran (news.sky.com). - Kegagalan Negosiasi Diplomatik
Percakapan diplomasi di Oman dan Roma gagal menghasilkan kesepakatan, sehingga AS memilih jalur militer sebagai opsi terakhir . - Kebijakan “Maximum Pressure”
Sanksi ekonomi intensif sejak November 2024 telah memberi dasar bagi langkah militer untuk menekan program nuklir Iran .
Reaksi dan Respons Global
- Iran menyebut serangan tersebut sebagai pelanggaran hukum internasional dan menyatakan bahwa “semua opsi ada di atas meja”, termasuk potensi balasan militer yang besar .
- Israel menyambut baik langkah ini, menilai serangan taktis tersebut sebagai tindakan penting untuk menghentikan ambisi nuklir Iran .
- China dan Rusia keras mengkritik langkah AS, menganggapnya sebagai eskalasi berbahaya yang bisa memicu konfrontasi nuklir .
- PBB dan Uni Eropa menyerukan peringatan dan diplomasi, mengingat potensi konflik regional yang berkembang menjadi perang total .
- Kongres AS terbagi: sebagian mendukung tindakan Trump, sementara sebagian lain meminta pengesahan legal dan pembatasan cakupan operasi lain .
Potensi Dampak & Risiko Jangka Panjang
Area | Dampak Potensial |
---|---|
Militer | Iran bisa mempercepat pengembangan balistik dan mobilisasi militer. Balasan asap dari proxy seperti Hizbullah. |
Ekonomi | Potensi gangguan kandungan minyak global melalui Selat Hormuz, memicu kenaikan tajam harga minyak. |
Diplomasi | Perundingan nuklir terancam kandas. Aliansi NATO dan negara Teluk mungkin terdampak. |
Geopolitik | China dan Rusia semakin kritis, Amerika bisa kehilangan dukungan global. |
Analisis: Mengapa AS Pilih Operasi Militer?
- Dukungan kuat Israel dan tekanan politik dalam negeri membuat AS memilih cara keras untuk menghalau risiko nuklir.
- Presiden Trump ingin memperkuat citra Amerika sebagai negara yang tegas dan siap bertindak cepat.
- Kegagalan diplomasi menutup opsi lain, ramainya diskusi internasional tak cukup mencegah peningkatan konfrontasi.
Kesimpulan
Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran menandai eskalasi skala besar dalam konflik Timur Tengah. Langkah ini bukan hanya bertujuan melumpuhkan program nuklir Iran, tapi juga memperlihatkan dukungan Amerika terhadap Israel dan ketegasan politik dalam negeri. Namun, risiko konflik regional yang lebih luas, gangguan ekonomi global, dan reaksi kuat dari kekuatan besar seperti China dan Rusia tidak bisa diabaikan.
Dunia masih menunggu respons Iran berikutnya apakah mereka akan memilih jalan diplomasi atau membalas dengan tenaga militer. Sementara itu, peran PBB dan Eropa sebagai mediator masih sangat krusial untuk mencegah perang yang lebih luas.